Semboyan mister Mahmud Ketua HIMPAUDI Provinsi Jawa Timur, Guru PAUD itu barang kramat tapi tidak kramut. Guru PAUD Gajinya Minimalis tapi usahanya Maksimalis. Nampaknya semboyan itu bukan isapan jempol belaka. apalagi bagi kami pendidik PAUD di pelosok desa.
Kramat, ya jelas kramat hampir semua sepakat dari berbagai kalangan dari pejabat sampai penjual kawat, dari profesor sampai sampai penjual kolor. Bahwa pendidik PAUD adalah tonggak awal pendidikan seseorang. Dua puluh tahun ke depan bangsa Indonesia ditentukan oleh Pendidikan Anak Usia Dini yang tentunya tak lepas dari founding fathernya Pendidik Anak Usia Dini.
Gak Kramut, eh kata siapa? yang ngramut bunda-bunda pendidik PAUD ya para suami bunda-bunda PAUD sendiri... hehe ups lupa Allah SWT ya jelas ngramut paling utama bunda-bunda pendidik PAUD. tapi..gimana dengan pemerintah yang begitu berharap pendidikan PAUD yang berkualitas? apakah sudah benar-benar memikirkan nasib bunda-bunda pendidik PAUD. kesenjangan yang berlarut-larut pendidik PAUD formal dan NOn Formal bagaikan benang blundeti kok susah banget diuraikan. Tugas kita sama-sama mendidik anak usia dini bahkan yang menjadi pondasi awal, 50% perkembangan otak manusia ditentukan pada usia 0-2 tahun jika bunda PAUD ini tidak hati-hati tuntutannya dunia wal akhiroh. Kewajiban kita sama-sama menyusun perencanaan dan penilaian yang menuntut ketelitian dan waktu ekstra untuk mendapatkan keontetikan penilaian perkembangan anak. Bunda PAUD Non Formal tak jarang pulang di atas jam 12.00 wib karena menyelesaikan penilaian perkembangan anak.
Tapi mengapa kita dibedakan??protes...sadar dong kualifikasi pendidik PAUD Non Formal masih banyak yang S3 (SD, SMP, SMA), lalu bagaimana dong dengan yang sudah S1 PAUD? apa tidak ada solusi untuk bisa menyeimbangkan kualifikasi pendidikan, secara pendidik PAUD mau kuliyah pakek biaya apa? Kuliyah PAUD itu mahal...boleh-boleh kok kalau kuliahnya digratisin..gak perlu repot alasan kualifikasinya masih rendah. Nggak ada anggarannya brow...emang anggaran negara cuma buat pendidik PAUD? yah...bolehlah dengan diklat berjenjang bisa memback up kesenjangan itu...Baru-baru ini aja kita bisa disebut guru itu aja sudah jingkrak-jingkrak tu pendidik PAUD gara-gara disebutnya sama GURU. Baru sebutan GURU belum sama hak-haknya dengan guru-guru formal.
Bagaimana dengan wali murid? setali tiga uang dengan pemerintah alias PHODO.. sekolah PAUD ngabisin anggaran rumah tangga.... masih kecil sekolahnya bayar lah wong yang ESDE aja gratis..diajarin apa wong bicara aja belum lancar...kemenyek guru-guru PAUD itu? ehm...menohok, mencemes dan menampar banget....ngelos dodo padahal bayar 15.000 perbulan aja....setara dengan bayaran matun sekesuk. bicaranya seperti ndoro yang kasih gaji 1jt 500 perbulan...
Kramat dan Maksimalis benar guru-guru PAUD itu...ngelos dodo ben lapang...Lapang bener guru PAUD, apa yang dikatakan "Walah..seng penting gelem sekolah anake wes syukur...wes apik...." orang desa itu belum sadar betapa pentingnya pendidikan anak usia dini, tidak usah ambil gaji dari uang SPP kebutuhan PAUD itu terus tidak terlihat. Kalau jelas dibelikan Buku Lembar Kegiatan kelihatan barangnya wali murid ya seneng karena anaknya dibelikan buku di ajari baca, tulis dan hitung.
Guru PAUD wajib meninggalkan CALISTUNG, itu menghancurkan karakter anak.....GLODAK... setiap hari cari bahan untuk membuat kegiatan yang menyenangkan dan menarik bagi anak...lem, kertas, cat air, tepung, minyak, pewarna, bahan-bahan lain untuk cooking....semua butuh uang, tiada yang gratis..toko pun tak mau tau yang beli itu GURU PAUD orang KRAMAT ya tetep disuruh bayar...orang tua protes sekolah PAUD bayare mahal diajak main terus......tanpa melihat nilai-nilai rupiyah yang dikeluarkan oleh guru PAUD untuk menyiapkan bahan permainan. Demi meminimalkan anggaran agar Kocek dari kantong suami tidak terogoh dalam, Guru PAUD rela blusuan di tengah sawah, kebun, kali demi mencari bahan mainan. rela juga jadi pemulung sampah-sampah bekas.
Bapak Presiden, Pemerintah, Profesor, tukang jual tahu, penjual keramik, penjual pecel, tukang bangunan, petani, scurity semua yang jadi wali murid PAUD...coba tengok kami barang sebentar...permintaan kami tidak muluk-muluk karena kami pasti sudah dijamin sama Yang Maha Pemberi Rizki, Yang Maha Melindungi dan Yang Maha Mensejahterakan...Jangan cemooh kami, sepelekan kami biar keikhlasan kami tetap terjaga. biar keikhlasan kami tidak sia-sia karena ketidak enakan hati dari perilaku dan ucapan yang kalian layangkan.
karena orang Kramat itu membawa Berkat dan Juga bisa jadi kualat......kami Guru PAUD akan tetap Maksimalis walaupun gaji kami Minimalis.....HIMPAUDI JAYA.....
Gak gelem ngundang q......Ben tak kasih motivasi Ben sadar walimurite.
BalasHapus