Laman

Mengenai Saya

Foto saya
BOJONEGORO, JAWA TIMUR, Indonesia
Bunda PAUD di pelosok desa di Gayam di tengah-tengah eksplorasi migas

Senin, 31 Oktober 2016

INTERPREUNERSHIP PARADIGMA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah adalah kemampuan untuk interpreuner (berwira usaha) mengapa demikian? hal ini bukan bermaksud untuk mengkomersilkan pendidikan khususnya Pendidikan Anak Usia Dini dengan meraup keuntungan pribadi.
Kemampuan berwirausaha ini dimaksudkan agar kepala sekolah mampu mengembangkan pendidikan di lembaganya dan mampu bersaing dengan lembaga-lembaga lainnya. tetap dengan memperhatikan profit bagi semua stake holder yang ada dilingkungan sekolah tersebut. Untuk mewujudkan pendidikan Anak Usia Dini yang berkualitas.
Ibarat perusahaan seorang manajer lembaga pendidikan harus memiliki mimpi yang diwujudkan dalam visi dan misi lembaga. Visi dan Misi lembaga disusun berdasarkan kecerdasan dalam memandang peluang, tantangan, keunggulan dan kelemahan yang dimiliki suatu lembaga. Seorang kepala sekolah harus mampu menganalisis apa minat dari masyarakat secara luas dan hal tersebut dituangkan dalam Visi dan Misi.
Ciri yang kedua yang dimiliki oleh kepala sekolah adalah integritas. Sikap inilah yang membuat mereka dipercaya orang banyak. Apabila suatu kepercayaan itu muncul pada diri masyarakat tanpa segan-segan orang tua akan menitipkan putra-putrinya di lembaga yang bapak ibu pimpin.
Ciri yang Ketiga Budaya unggul, kepala sekolah yang memiliki jiwa wira usaha mereka akan selalu memberikan yang terbaik sebagai keunggulan lembaga yang mereka pimpin. Unggul dalam segala hal Unggul dalam layanan, unggul dalam program sehingga orang tua akan membayar berapapun jika lembaga yang kita pimpin itu mampu memberi kepuasan terhadap orang tua.
Ciri yang Keempat Kreatif dan Inovatif, sebagai kepala sekolah dituntut untuk kreatif dalam memberikan layanan dan program tidak mengikuti kebanyakan, pandang layanan mana yang belum ada di lembaga-lembaga lain. kembangkan dan selalu memperbaiki diri  

Minggu, 30 Oktober 2016

REWARD DAN PANISHMENT MENYELESAIKAN MASALAH DENGAN MASALAH

Dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa sering kita mendengar pemberian Reward dan Panishment. Namun apakah pemberian reward bagi siswa yang melakukan kebaikan atau panishment kepada siswa yang melanggar peraturan ini optimal dan dapat menyelesaikan masalah dengan tuntas? Mari kita tilik bersama. "Siswa yang mendapatkan rangking satu dia akan selalu termotivasi untuk melakukan yang lebih baik untuk mempertahankan rangking satu tersebut, namun sebaliknya anak-anak yang berada di rangking satu dari bawah tidak ada upaya untuk memperbaiki keadaannya dan hanya pasrah dan tetap saja tidak membuatnya rajin belajar.
Inilah masalah yang terjadi karena reward dan panishment sama-sama mengendalikan anak secara eksternal bukan dari dalam anak itu sendiri. apa saja akibat dari pemberian reward dan panishment kepada siswa berikut diantaranya:
1. Guru memberikan reward kepada siswa yang rajin secara langsung memberikan hukuman kepada siswa lain yang tidak mendapatkan reward.
2. Merusak hubungan, ada kesenjangan antara siswa yang mendapatkan reward dan panishment menimbulkan kelompok-kelompok siswa  pintar dan kelompok-kelompok siswa yang kurang
3. Reward dan panishment mengabaikan alasan mengapa hal kebaikan itu harus dilakukan dan alasan mengapa suatu peraturan itu tidak boleh dilanggar
4. Reward dan pNiashment tidak mendorong siswa untuk melakukan eksplorasi dan menanggung resiko
5. Membunuh minat anak, anak yang sering dihukum akan membunuh minat anak untuk melakukan kebaikan
6. tidak efektif
7. Berlaku hanya dalam jangka pendek.
Suatu contoh riil dalam lingkungan pendidik, upaya pemerintah untuk meningkatkan etos kerja guru-guru dengan memberikan sertifikasi ternyata tidak berbanding lurus dengan hasil yang diharapkan. kebanyakan pendidik yang mendapatkan tunjangan sertifikasi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik tidak meningkat secara signifikan dan hanya memenuhi kewajiban sebagai syarat untuk mendapatkan sertifikasi. upaya untuk melakukan yang terbaik terbatas hanya syarat minimal agar tunjangan sertifikasi tetap cair. dan bahkan menurun etos kerjanya apabila dana sertifikasi turun terlambat.
manusia itu memiliki keingintahuan alami dan ingin memberikan yang terbaik, seharusnya pendidikan dapat menumbuhkan dan mengembangkan hal tersebut. mengapa harus dimatikan dengan adanya reward dan panishment?
Tanamkan kepada anak didik kita bahwa "Kita ini anak baik, maka kita harus melakukan hal-hal yang baik, bahwa kebahagiaan itu akan datang ketika kita melakukan kebaikan"
Maka seorang pendidik harus memiliki seni dalam memuji anak diantaranya:
1. Penerimaan dan Pengakuan,. tidak ada anak yang paling pintar atau paling bodo, semua anak memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sebagai guru harus menerima dan mengakui perbedaan potensi yang dimiliki oleh siswa dan berupaya meningkatkan masing-masing potensi yang dimiliki oleh siswa
2. Berikan Pujian yang efektif kepada anak didik, Pujilah sesuai dengan apa yang dilakukannya dan jelas tidak multitafsir. Jika anak sudah melakukan kemandirian pujilah dengan kata mandiri bukan dengan kata pintar
3. Pujilah ketika anak kita melakukan kebaikan, tangkaplah kebaikan-kebaikan anak jangan fokus pada keburukan anak.

RESTITUSI UPAYA MENDISIPLINKAN SISWA

Kedisiplinan merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh manusia untuk mencapai kesuksesan. untuk itulah pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mendidik dan melatih anak didik menjadi manusia yang disiplin. Namun seringkali strategi yang dilakukan oleh guru kurang memberikan dampak kesadaran untuk berdisiplin kepada anak didik. hal ini terlihat dari beberapa kasus di dalam kelas. Seorang siswa melanggar peraturan tidak membawa handphone ke sekolah, ia membawa handphone dan ketahuan seorang guru. apa responguru tersebut? siswa itu langsung dihukum dengan merampas handphonenya, ternyata keesokan harinya siswa tersebut tetap membawa Handphone ke sekolah. inilah mengapa perlu adanya startegi mendisiplinkan siswa dengan "RESTITUSI".
Apa itu Restitusi? Restitudi merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki kerusakan perilaku dan kepribadian yang dialami siswa.
Restitusi merupakan suatu pendekatan  yang sistematis dan kreatif untuk menanamkan kedisplinan anak agar anak bisa memperkuat diri. 
Tujuan Restitusi adalah:
1. Memperbaiki kesalahan anak
2. Mengembalikan anak dalam kelompok
3. Memperkuat pribadi anak 
Proses RESTITUSI dalam manajemen Kelas adalah:
1. Kesepakatan
    Awal tahun ajaran yang perlu diperhatikan oleh seorang guru adalah membuat peraturan bersama. dalam membuat peraturan libatkan seluruh siswa dan upayakan setiap point peraturan berasal dari siswa.
2. Mengingatkan
     Mengingatkan kembali peraturan yang telah dibuat bersama untuk anak usia dini peraturan senantiasa diingatkan ketika memasuki kelas. dan apabila siswa melanggar guru mengingatkan kesepakatan yang telah dibuat bersama.
3. pemahaman
    guru memberikan pemahaman mengapa peraturan itu dibuat atau mengapa hal itu dilarang di dalam kelas. 
4. Komunikasi
    Tanyakan kepada siswa yang melanggar, apa alasan dia melanggar kesepakatan yang telah dibuat. dan berikan dia kesempatan untuk berpikir bagaimana ia memperbaiki kesalahan. guru tidak perlu memberi solusi dari kesalahannya, upayakan solusi untuk memperaiki kesalahannya itu muncul dari dirinya sendiri 
5. Pilihan Konsekuensi
    memberikan pilihan konsekuensi atas kesalahan yang siswa perbuat.