Begitu berat amanah pendidik, terutama pendidik Anak Usia Dini. Hampir seluruh orang penting di Negara ini, Negara 20 Tahun ke depan ada di tangan pendidik PAUD. Berbagai krisis yang melanda bangsa ini mulai krisis pritual, krisis mental, krisis sosial dan krisis karakter, adalah Pe-er besar pendidik PAUD untuk memotong lingkaran setan mental-mental yang tidak bertanggung jawab.
Begitu beratnya amanah pendidik, dituntut untuk memperbaiki mental, spiritual, sosial dan moral anak bangsa. Namun berbagai sisi meneror anak-anak didik kami, media yang tidak bertanggung jawab, lingkungan yang tidak bertanggung jawab, orang tua yang tidak bertanggung jawab bahkan pemerintah yang tidak bertanggung jawab. Pendidik satu-satunya perisai yang bersusah payah melindungi dan menjaga kefitrahan anak-anak didik kami.
Begitu beratnya amanah pendidik, dengan kondisi ekonomi yang cukup, cukup untuk makan satu hari, cukup untuk membuat media dari bahan bekas, cukup untuk tidur di alas tikar dan cukup memberikan makan putra-putranya dengan satu butir telur atau tiga iris tempe. Dituntut untuk memberikan jiwa dan raga bahkan harta demi kualitas pendidikan yang bisa menumbuhkan rasa spiritual yang benar, kepekaan sosial, kesantunan moral dan mental positif.
Begitu beratnya amanah pendidik, niat baik pemerintah memberikan bantuan operasional pendidikan PAUD dengan juknisnya yang berbahasa langit yang hanya bisa diterapkan oleh penduduk langit. Pendidik dituntut membuat anggaran sesuai kebutuhan, namun kebutuhan tidak tercantum dalam juknis. lalu harus bagaimana? revolusi mental tetap berjalan bung... begitu pahit perjuangan ini RKAS tidak sesuai dengan sasaran. Bertindak benar menjadi salah, bertindak salah menjadi benar. kebingungan para pengelola untuk membuat laporan, apakah sesuai dengan RKAS ataukah sesuai dengan kebutuhan sekolah yang tidak tercantum di anggaran.
Begitu beratnya amanah pendidik, salah di mata hukum ketika benar-benar diterapkan sesuai dengan yang benar-benar dibutuhkan lembaga. wahai penggagas jargon Revolusi Mental, jangan rusak mental kami dengan aturanmu yang menjebak kami ke dalam ketidak jujuran. Ingat 20 tahun nasib bangsa kita ada ditangan kami. Apa lah maknanya kami gembar-gembor mengajarkan kepada anak-anak didik kami dengan kejujuran, tanggung jawab dan ketakutan kepada Tuhan, Namun aturan-aturanmu merusak mental kami. Jangan salahkah kami, jangan hukum kami dengan mengebiri dana yang bisa meningkatkan kualitas pendidikan kami. Tapi tiliklah juknis yang kalian berikan apakah sudah bisa memenuhi kebutuhan penduduk bumi.
Begitu beratnya amanah pendidik, mengajari kedamaian dan toleransi antar suku, agama dan ras. Namun di atas sana penguasa mengajari anak-anak kami menginjak-injak agama lain. mengambigukan kebenaran, membingungkan mana yang benar dan mana yang salah. Bagaimana kami harus menjaga anak-anak kami yang fitrah itu dengan teladan-teladan penguasa yang bermoral antagonis.
Begitu beratnya amanah pendidik, mengajari anak-anak kami dengan amar ma'ruf nahi munkar. Namun di atas sana penguasa mengajari anak-anak kami mengalah..mengalah kepada kedzaliman dengan dalil-dalil yang melegalisasi kepentingan mereka, yang tidak seharusnya muncul dari mulut negarawan. apakah yang ingin mereka teladankan kepada anak-anak kami untuk menggadaikan agama dan negara kami demi kepentingan sendiri?
Coba jawab, apakah kami mampu memutus lingkaran setan keterpurukan bangsa ini dengan dukungan teladan-teladan yang penggagas Revolusi Mental itu begitu berlawanan. Ataukah memang revolusi mental ini hanya jargon yang menutupi dirinya seperti serigala berbulu domba yang akan melemahkan generasi penerus bangsa ini?
Begitu beratnya amanah pendidik, dituntut untuk memperbaiki mental, spiritual, sosial dan moral anak bangsa. Namun berbagai sisi meneror anak-anak didik kami, media yang tidak bertanggung jawab, lingkungan yang tidak bertanggung jawab, orang tua yang tidak bertanggung jawab bahkan pemerintah yang tidak bertanggung jawab. Pendidik satu-satunya perisai yang bersusah payah melindungi dan menjaga kefitrahan anak-anak didik kami.
Begitu beratnya amanah pendidik, dengan kondisi ekonomi yang cukup, cukup untuk makan satu hari, cukup untuk membuat media dari bahan bekas, cukup untuk tidur di alas tikar dan cukup memberikan makan putra-putranya dengan satu butir telur atau tiga iris tempe. Dituntut untuk memberikan jiwa dan raga bahkan harta demi kualitas pendidikan yang bisa menumbuhkan rasa spiritual yang benar, kepekaan sosial, kesantunan moral dan mental positif.
Begitu beratnya amanah pendidik, niat baik pemerintah memberikan bantuan operasional pendidikan PAUD dengan juknisnya yang berbahasa langit yang hanya bisa diterapkan oleh penduduk langit. Pendidik dituntut membuat anggaran sesuai kebutuhan, namun kebutuhan tidak tercantum dalam juknis. lalu harus bagaimana? revolusi mental tetap berjalan bung... begitu pahit perjuangan ini RKAS tidak sesuai dengan sasaran. Bertindak benar menjadi salah, bertindak salah menjadi benar. kebingungan para pengelola untuk membuat laporan, apakah sesuai dengan RKAS ataukah sesuai dengan kebutuhan sekolah yang tidak tercantum di anggaran.
Begitu beratnya amanah pendidik, salah di mata hukum ketika benar-benar diterapkan sesuai dengan yang benar-benar dibutuhkan lembaga. wahai penggagas jargon Revolusi Mental, jangan rusak mental kami dengan aturanmu yang menjebak kami ke dalam ketidak jujuran. Ingat 20 tahun nasib bangsa kita ada ditangan kami. Apa lah maknanya kami gembar-gembor mengajarkan kepada anak-anak didik kami dengan kejujuran, tanggung jawab dan ketakutan kepada Tuhan, Namun aturan-aturanmu merusak mental kami. Jangan salahkah kami, jangan hukum kami dengan mengebiri dana yang bisa meningkatkan kualitas pendidikan kami. Tapi tiliklah juknis yang kalian berikan apakah sudah bisa memenuhi kebutuhan penduduk bumi.
Begitu beratnya amanah pendidik, mengajari kedamaian dan toleransi antar suku, agama dan ras. Namun di atas sana penguasa mengajari anak-anak kami menginjak-injak agama lain. mengambigukan kebenaran, membingungkan mana yang benar dan mana yang salah. Bagaimana kami harus menjaga anak-anak kami yang fitrah itu dengan teladan-teladan penguasa yang bermoral antagonis.
Begitu beratnya amanah pendidik, mengajari anak-anak kami dengan amar ma'ruf nahi munkar. Namun di atas sana penguasa mengajari anak-anak kami mengalah..mengalah kepada kedzaliman dengan dalil-dalil yang melegalisasi kepentingan mereka, yang tidak seharusnya muncul dari mulut negarawan. apakah yang ingin mereka teladankan kepada anak-anak kami untuk menggadaikan agama dan negara kami demi kepentingan sendiri?
Coba jawab, apakah kami mampu memutus lingkaran setan keterpurukan bangsa ini dengan dukungan teladan-teladan yang penggagas Revolusi Mental itu begitu berlawanan. Ataukah memang revolusi mental ini hanya jargon yang menutupi dirinya seperti serigala berbulu domba yang akan melemahkan generasi penerus bangsa ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar